Tak sanggup aku merasakan duka yang nestapa, sepi begitu sunyi menyayat hati. Tapi aku mencoba tuk bertahan diatas penderitaan itu, aku selalu pasang gambar kebahagiaan yang menurutku kosong belaka. ”Sungguh hariku indah tapi hatiku lemah lunglai…..!!!”
Malam ini aku coba lukiskan bersama langit kamar yang begitu tenang karena kantuk dari kedua mataku. Ketika aku baringkan tubuhku menapaki bayang-bayang lalu hingga akan menjelma cermin indah, namun semua hancur pecah berkeping-keping karena tubuhku tak sanggup lagi untuk berdiri, hanya mata terpejam dan tak berdaya. “sungguh aku tak sanggup lagi…!”
Tidak terasa dan juga tidak terlihat ini merupakan kekhilafan yang fatal, salah yang tak bisa terulang untuk penyesalan. Sungguh bila tergamabar salah dunia ini tidak bisa tempat media, ini salahku yang tak bisa bertanggungjawab pada dunia, hanya menghambur-hambur hak orang lain yang lepas dari tanggungjawab sendiri.
Aku seperti tidak melihat, kadang realita sebatas indera, karena ini merupakan teka-teki kehidupan yang hanya sementara. Maka dari itu apasih arti keindahan dan harta billa kita indahkan, kita buahkan lewat sedekahdan tujuan transcendental kepadan-Nya. Aku tahu aku tidak melihat bahwa tubuh ini mengalirkan sedekah namun tidak orgen dari mana summbernya, jelas ini tak mampu sekaligus tak menjadi hak paten dalam diri sendiri, karena jari-jari ini jauh dari penghasilan dan untuk sempurna.
Namun aku selalu berdo’a bahwa yang aku lakukan merupakan social yang yang mampu member manfaat pada orang lain dan khsusnya pada kedua orang tua, karena selama ini aku masih dijaga dan dirawat olehnya, sumber rezeki dan sedekah pun darinya. Aku harap ketidaktahuan ini tidak menjadi penghalang rezeki dari Tuhan untuknya, semoga selalu mengalir bak sungai indah nirwana karena keikhlasan yang beliau berikan. Dan umumnya pada temen-temenku, semoga kalian semua selalu bahagia bersama do’a-do’a yang mereka lantunkan, dan semoga selalu mengalir pada cita-cita sumber mata air.
Kadang hal ini suatu kebodohan, karena yang aku lakukan tidak memperdulikan kebahagiaan orang lain mencari sumber kehidupan, aku hanya bisa memakai dan tidak bisa mencari dan hanya darinyalah aku bisa mengamalkan harta bendanya. Sungguh aku berdo’a semoga allah selalu menjaga kesehatannya, sampai aku menemukan diriku sendiri, diri ini yang sangat berguna bagi agama dan Negara, diriku yang sangat bermakna bagi keluarga dan alam semesta. Dan semoga dari kebodohan ini menjelma langit biru yang indah dengan senyuman pelangi.
Mamang inilah diriku, aku bukan malaikat yang selalu benar, walau dalam kebenaran yang aku lakukan selamaa ini pasti ada unsure kejelekannya, kadang merasa dalam hati benar, tapi luar sangat naïf dan lebih tergambar tuba yang melumpuri tubuh kehidupanku, kadang hanya diluar keindahan itu bercahaya, tapi hati berupa batu hitam dan membeku tak bisa dipecahkan karena kejelekan yang tak mampu berubah untuk putih, hanya tersimpan dan bersarang dalam sanubari jauh dari ketakjuban, yang ada hanya kejenuhan dan kebencian.
Dan yang akan aku terbangkan keindahan-keindahan itu bersama sayap-sayap cita dan cinta yang tinggi, namun kadang terobohkan oleh tutur kata yang mencoba jatuhkan harga diriku. Sungguh pada hati yang sempat terberai dari satu senyawa murni, namun ada senyawa yang lain yang tak bisa menjelma tubuh ini putih. Ada putih pasti ada yang hitam, karena ini sunnatullah, ada baik dan ada yang buruk, dan tidak bisa dipungkiri lagi kehidupan ini monodualisme yang selalu berpasangan sesuai dengan ruang dan waktu.
Begitu juga yang aku lakukan selama ini, pasti ada yang hitam diatas putih dan juga sebaliknya, memang kekuranganku menutupi segala kebaikanku, namun aku yakin kebaikan hidup ini juga akan menutupi kekurangan-kekurangan itu. Sungguh bila aku ditugaskan sebagai penyampai wahyu pasti diri terhindar dari hawa manusia yang tak lepas dari dosa kehinaan dan kekufuran. Memang diri ini tak punya cambuk yang ampuh seperti malaikat yang dapat membinasakan do’a-do’a cambuk yang dapat melumpuhkan hawa nafsu dunia. Maka dari itu tak bisa lepas darinya hanya malaikat dan dosa menyatu dalam kehidupan ini.
Aku memang setan yang selalu salah dan berbuat semena-mena, menyibak kesalahan orang lain dan menunai salah sendiri, namun aku bukan syetan yang selalu mengganggu keimanan seseorang, namun aku penyampai instruksi kebajikan dan inferensi keburukan (Amar ma’ruf nahi mungkar)